The Battle is start....

Aku teringat tahun lalu, salah satu saudara seperjuanganku dalam dakwah kampus ingin share tentang Hukum menggambar. Katanya dia sering dipojokkan salah satu temannya dengan dalil-dalil tentang hukum menggambar. Akhirnya dia ingin menulis sebuah surat untuk temannya itu dan memintaku untuk sedikit menambahkan beberapa pemanis.. (halah). Ya untung gak terlalu manis... ini dia surat indah yang ia tuliskan, tapi uda ada beberapa paragraf di awal yang sengaja tak potong demi menjaga nama baik si pelaku.. checkidot..


1. Gambar makhluk hidup bisa menjadi haram apabila telah menimbulkan mudhorot, thoghut, dan syirik atau kekhawatiran menimbulkan itu. Jadi selama masih digunakan sesuai kebutuhan (yang bermanfaat bagi agama) tidak apa-apa.

2. Gambar tidak haram selama tidak membuat orang lebih kagum terhadap gambar itu daripada ciptaan Allah yang asli.

3. Ada dalil yang mengatakan bahwa dalam peperangan melawan orang kafir kita diperintahkan untuk menggunakan senjata yang seimbang dengan senjata yang digunakan lawan. Era modern ini, peperangan yang kita hadapi adalah perang pemikiran. Sosialis-komunis dan liberal-sekuleris vs Islam. Hedonisme vs zuhud islam. Pergaulan bebas vs pergaulan islami. Budaya liar vs budaya anggun islami. Salah satu senjata yang digunakan musuh islam adalah dengan media. Media yang meracuni otak generasi muda kita dengan hedonisme, meracuni anak-anak kecil kita dengan takhayul, sex, dan kekerasan serta iklan mainan.

Dan senjata ini ternyata mutlak berhasil. Selain mengarahkan generasi islam pada kejahiliyahan juga menimbulkan efek kecanduan anak terhadap media. Berapa jam sehari seorang anak menghabiskan waktunya di depan tv? Ps2? Majalah fasion? Novel teenlit? Manga yang dibumbui adegan PANAS?

Mereka tak lagi rajin membaca al Quran, mengikuti kajian, berdoa. Mereka apatis terhadap persoalan umat. Lebih parah lagi mereka menirukan apa yang disajikan media. Apakah itu pornografi atau kekerasan. Menyandang status muslim atau muslimah saja mereka malu. Jika seperti ini bukankah kematian islam tinggal menunggu waktu?
Lalu apa yang harus dilakukan?, menghakimi anak-anak dan remaja itu? Atau berlagak sok suci, merasa gue benar loe salah? Berkhotbah panjang lebar didepan mereka? Menasehati seperi seorang ustad di mana saja menemukan hal yang perlu dibenahi?, niscaya tidak akan didengar. Tak akan didengar oleh orang-orang yang menyebut dirinya muslim saja malu. Tak akan didengar oleh orang-orang yang menganggap agama itu kuno dan bodoh. Tidak akan didengar oleh orang yang mengaanggap ibadah hanya untuk orang yang tua, yang bau tanah. Tidak akan didengar oleh orang yang menganggap agama dan ibadah sebatas 5 rukun islam. Tak akan didengar oleh orang-orang yg menikmati hidup hedonis penuh hiburan. Tak akan didengar oleh orang yang lupa apa agama yang tertulis di KTP-nya.
Ataukah kita bom dan hancurkan segala sumber kemaksiatan?
Lantas apakah benar bila kematian islam tinggal menunggu waktu? Generasi muda sudah dirusak. Maka siapakah penerus peradaban ini?

Tentu saja generasi yang cedas terdidik, generasi yang mengenal kehidupan islami. Generasi yang mampu berkata, "Saksikanlah bahwa aku seorang muslim". Generasi yang setidaknya mengetahui bahwa islam itu indah dan mengindahkan. Generasi yang sadar bahwa ia harus hidup menghidupkan kehidupan islam. Generasi yang sadar bahwa ia tengah berada dalam kancah peperangan. Ghozwulfikr, perang pamikiran.
Masih adakah Generasi itu? Ada, selama ia tidak gugur oleh serangan lawan. Akan selalu ada bila ia terus mengadakan regenerasi. Kaderisasi.








Maka , buku adalah air perbekalan , pensil adalah pedang, pena adalah senapan, laptop adalah busur, karya adalah anak panah, pendidikan adalah kendaraan.
Ternyata media sekarang ini merupakan hal yang mutlak dibutuhkan manusia. Ternyata manusia adalah makhluk social yang mustahil hidup sendirian selamanya. Tanpa pergaulan. Tanpa interaksi dan saling mempengaruhi.
Mustahil bagi kita untuk memingit anak kita dari lahir sampai kematiannya di dalam masjid. Mustahil kita melakukannya pada adik-adik kita, pada saudara-saudara kita.
Bila semua media telah dikuasai pihak lawan, bila media menampilkan segala hal yang menjauhkan dari islam, bila komik dan animasi berisikan sex dan kekerasan. Relakah kita bila anak-anak kita, adik-adik kita, dan saudara-saudara kita dicekoki dengan sampah semacam itu? Mungkin kita bisa mendidik satu dua anak kita, tapi bagaimana dengan teman-temannya?
Mungkin seseorang berpikir, larangan tetaplah larangan, tetaplah haram. Karena dalam teks tertulis seperti itu, so apapun keadaannya juga harus begitu. Dia tidak melihat konteks ketika hadis itu muncul, tujuan dari hadis itu apa. Menurut ana inti dari hadis itu adalah larangan thoghut dan musyrik. Rasulullah SAW melarang menempel-nempel gambar maupun membuat patung, karena dikhawatirkan orang tersebut akan mengaguminya, atau menyembah kepadanya. Rasulullah SAW tidak mau bila nantinya umat islam seperti orang-orang yahudi yang menyembah patung seekor sapi, atau seperti nasrani yang bersimpuh berlutut dan menagis didepan patung atau gambar isa as dan maryam.

Alasan lainnya….euhm… pekerjaan melukai, membunuh, berbohong (muslihat, siasat mengatur strategi), dan mengebom, itu semua tentu haram kan?? Dan akan menjadi halal jika dalam peperangan. So.. it’s a battle.

Mungkin aku belum pandai mengayunkan pedang, menembak dengan senapan, memanah, atau sekedar melemparkan batu. Tapi aku akan terus berusaha. Sampai aku bisa. Dan ternyata aku tidak akan pernah bisa bila sendirian.

Butuh sepasukan komikus, satu battalion animator, ratusan baris desainer, ribuan penulis untuk bersama-sama mengatakan pada dunia, "islam itu indah". Lalu dimanakah aku? Mungkin sekarang ana hanya ada di kelompok supporter yang menyanyikan yel-yel yang akan berusaha berada dalam barisan itu.
Ana rasa hal seperti ini tak perlu lagi untuk diperdebatkan. Karena tentu ana dan antum semua tidak bisa lepas dari itu semua. Perbedaan masa tentu akan menciptakan perbedaan cara. Jika kita berkoar-koar bahwa menggambar itu haram beserta hasil-hasilnya yang dilarang untuk menempelnya, sudahkah kita melihat sekitar kita. Mulai dari lingkungan sendiri saja wes. sudah bersihkah perabot-perabot rumah dari gambar-gambar yang ant bilang haram itu...? masih adakah peralatan-peralatan yang bergambar yang ant gunakan sehari-hari. Misalnya buku, baju, majalah-majalah dan koran yang juga banyak gambarnya. Masihkah itu tersimpan rapi di rak buku. Jika belum bersih, pantaskah kita berteriak-teriak bahwa hal itu haram, yang ternyata kita sendiri masih menggunakannya, menyimpannya....hehmmm... akhirnya kembali lagi ke diri masing-masing. Ana rasa, masih banyak masalah umat yang perlu dipikirkan dan diselesaikan. Ana bukan orang suci dan tak mau sok suci. Ana hanya melakukan apa yang bisa ana lakukan untuk dakwah ini.

Read Users' Comments (0)